Rabu, 22 Mei 2013

HIKMAH UJIAN DI JALAN DAKWAH

Jalan dakwah bukan rentang yang pendek dan bebas hambatan. Bahkan jalan dakwah penuh kesulitan, amat sangat banyak kendala dengan jarak tak terkira jauhnya. Tabiat ini perlu diketahui dan dikenali setiap aktifis dakwah, agar ia bersiap diri menghadapi segala kemungkinan yang terjadi diperjalanan.
Allah SWT memberikan rambu-rambu kepada kita tentang hal ini :

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? “Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabut:1-2)

Allah SWT sudah menjelaskan bahwa manusia akan terus diuji terlebih lagi manusia yang mengatakan dirinya beriman dan menapaki jalan dakwah untuk meraih syurga-Nya.

Ada beberapa hikmah ujian dalam jalan dakwah yang mampu memberikan kekuatan dan ketegaran untuk terus meyakini bahwa jalan dakwah adalah jalan yang Allah kehendaki.

1.       Untuk membedakan orang yang benar-benar beriman  dari orang yang dusta dan munafik.
 Dakwah adalah mengajak manusia kepada keimanan, kepada tauhid, kepada kemurnian akidah. Oleh karena itu, para aktifis harus memiliki kebersihan dan kelurusan iman, agar bias mengajak masyarakat menuju keridhaan Allah SWT.

Dalam berdakwah tentunya seorang aktifis tidak memikirkan hasil namun harus memikirkan segala cara untuk terus bias berdakwah. Karena Allah SWT menilai usaha/proses yang telah dilalui dan pada hakekatnya, keimanan telah ada pada diri seseorang jauh sebelum dilahirkan dan tugas akfitis adalah untuk mengembalikan sekaligus mengingatkannya akan keimanan yang telah ada.

 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan, Kekal mereka di dalamnya; sebagai janji Allah yang benar. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Lukman:8-9)

Dalam mengembalikan dan mengingatkan keimanan seseorang tentu tidak semua akan menerima apa yang kita serukan, ada yang tergerak hatinya dan mendapat hidayah dari Allah SWT untuk menerima seruan dakwah, ada pula yang belum tergerak hatinya serta belum mendapatkan hidayah dari Allah SWT, dan bahkan ada yang jelas-jelas menentang jalan dakwah.

Dalam fenomena berdakwah, ada yang menyambut, ada yang belum menyambut dan ada yang menentang dakwah, itu semua adalah sunnatullah karena sesungguhnya Allah SWT akan melihat mana orang yang benar-benar beriman  dan mana orang-orang yang berdusta dan munafik.
Sebagimana Firman Allah SWT dalam QS. Attaubah:107 yang berbunyi:

"Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)”.

2.       Agar dikenal siapa yang sabar dan berjihad dan siapa yang menentang.
Adanya ujian jalan dakwah yang kedua adalah untuk dikenal siapa yang sabar (menerima hidayah dan memperjuangkannya dan siapa yang menentang (tidak sabar sehingga menjadi orang-orang keluar dari jalan dakwah).

Sikap sabar mendapat perhatian yang besar dalam Al Qur’an, disebutkan sekitar 90 tempat dalam berbagai ayat. Kesabaran dalam menapaki ujian dalam jalan dakwah merupakan keutamaan yang tinggi, lihatlah bagaimana Allah memberikan keutamaan-keutamaan apabila para aktifis bersabar dalam perjuangannya, diantaranya:
            a.       Dijadikan pemimpin

 “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan       perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami”. (QS. As Sajdah:24)

            b.      Pahala besar bagi yang sabar

 “Mereka itu diberi pahala dua kali[1128] disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka, mereka nafkahkan”. (QS. Al-Qashash:54)

3.       Untuk menegakkan keadilan Allah dalam memberikan pembalasan.
Hikmah ujian jalan dakwah yang ketiga adalah untuk menegakkan keadilan Allah dalam memberikan pembalasan. Sudah menjadi sunnatullah bahwa didunia ini ada orang yang menjadi penyeru dan ada orang yang diseru, situasi ini tidak akan hilang sampai kapanpun karena bias saja bagi Allah SWT memberikan hidayah keseluruh manusia dimuka bumi ini. Namun tidak akan terlihat proses dari penegakkan keadilan Allah SAW dalam memberikan balasan diakhirat kelak. Penegakkan keadilan yang harus terlihat adalah siapa yang beriman dan beramal sholeh akan mendapatkan surge dan siapa yang tidak beriman dan beramal sholeh akan masuk neraka. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Kahfi 107 yang berbunyi:

 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal”.
  
“(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan”. (QS. Al Mukminun:99-100)

4.       Mensucikan orang-orang yang beriman supaya keimanannya semakin meningkat.
Ujian dalam jalan dakwah yang keempat adalah untuk mensucikan orang-orang yang beriman supaya keimanannya semakin mantap. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Annur ayat 21

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

Dalam firman Allah diatas sangat jelas bahwa, orang yang beriman dilarang mengikuti langkah-langkah syaitan karena langkah-langkah syaitan dapat mengotori jiwa. Sedangkan mengikuti langkah Allah SWT dengan berdakwah dan menghadapi segala resikonya akan Allah bersihkan keimanannya dan mendapatkan karunia dan rahmat-Nya. Wallhu'alam.



Rabu, 15 Mei 2013

Urgensi dan pola hidup sehat


Kesehatan adalah asset yang amat sangat berharga. Seseorang yang sehat akan dengan mudah beraktifitas dalam kesehariannya, ibadah, bekerja, dan lain-lainya. Beda halnya dengan orang yang tidak sehat, maka akan sangat susah untuk melakukan aktifitas kesehariannya.
Pada era modern ini menjaga kesehatan adalah pekerjaan yang sangat sulit dilakukan dikarenakan pola makan yang tidak teratur, jenis makanan yang beragam dan ditambah lagi dengan udara yang sudah tercampuri oleh asap-asap industry.
Kalau berbicara menjaga kesehatan, Rasulullah SAW telah lebih dulu mengajarkan kepada umatnya dan sekaligus telah mempraktekannya. Bahkan dikisahkan Rasulullah SAW semasa hidupnya jarang sakit.
Ada beberap kebiasaan Rasulullah SAW dalam menjaga kesehatannya.
1.    Tidur sehat ala Rasul
Rasulullah SAW sebelum tidur senantiasa bersiwak dan membersihkan tempat tidurnya, cepat tidur dan cepat bangun, membaca do’a, tidur dengan miring kesebeh kanan dan bangun disepertiga malam untuk sholat qiyamul lail dan sampai shubuh tiba.

2.    Makan sehat ala Rasul
Rasulullah SAW tidak makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang, makan makanan yang halal dan baik.

“Hai sekalian manusia makan-makanlah yang halal lagi baik dariapa yang terdapatdi bumi dan jangan kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah 168)

3.    Olah raga sehat ala Rasul
Olah raga merupakan aktifitas untuk melancarkan sirkulasi darah dan menggerakkan anggota tubuh. Rasulullah SAW bersabda:
“Ajarilah anakmu (olahraga) berenang dan memanah” (HR.Dailami)

4.    Bersih sehat ala Rasul
Rasulullah SAW senantiasa rapi dan bersih walaupun pakaian yang beliau punyai tidak banyak.
Beliau bersabda:

“Gosoklah gigimu berulang-ulang sebab hal itu membersihkan mulut dan disukai Allah”
“Mandi hari jumat adalah wajib bagi setiap orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman”(HR Muslim).

5.    Tidak marah ala Rasul
Suatu riwayat menceritakan bahwa seorang untusan dari Bani Nadhir menemui Rasulullah untuk minta nasehat yang pendek dan dengan melaksanakan nasehat pendek itu, ia ingin masuk surga sehingga terlepas dari siksa neraka. Nabi memberi nasehat pendek.

"Jangan Marah"
"Ulangi nasehatmu ya Rasulullah!"
"Jangan Marah"
“Sekali lagi ya Rasulullah!"
"Jangan Marah"

6.    Tak iri hati ala Rasul
"Tak kan masuk surga siapa pun yang gemar memburuk-burukan nama orang lain".
(HR. Abu Dawud)

Hanya dalam dua hal ummat Islam boleh bersikap iri. Sabda Rasulullah:

"Tak boleh bersikap iri kecuali dalam dua hal. Pertama terhadap orang yang memiliki kekayaan dan mempergunakannya untuk menegakkan yang haq. Kedua terhadap orang yang memiliki pengetahuan dan rajin menyebarkannya pengetahuannya itu kepada orang banyak" (HR.Bukhari)







Rabu, 08 Mei 2013

Berfikir positif dan produktif



Banyak anggapan dan teori yang mengatakan bahwa pikiran adalah sumber utama dalam keberhasilan seseorang. Pikiran yang positif akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap diri seseorang baik disaat bekerja maupun terkena musibah. 

Seseorang yang sakit akan cepat sembuh manakala timbul dalam pikirannya kesembuhan, seseorang yang terkena musibah akan merasa tenang apabila mempunyai pikiran positif (berkhusnudzon kepada Allah SWT) dan seseorang akan berhasil dalam aktifitas dakwah nya manakala ada rasa optimisme yang tinggi.

Berpikir positif dan menjadikannya produktif telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat dan kaum muslim yang terdahulu. Diantaranya

KISAH SITI HAJAR

Disaat yang sulit, ditengah padang pasir Siti Hajar ditinggalkan oleh suaminya Ibrahim AS. Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil atas perintah Allah SWT.
“Hai Ibrahim, ke mana engkau hendak pergi ?, apakah engkau meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula makanan apapun ?”. Yang demikian di ucapkan berkali-kali, namun Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar berkata, “Apakah Allah menyuruhmu melakukan ini?”. “Ya”, jawab Ibrahim. “Kalau begitu, kami tidak di sia-siakan”.

Dari percakapan diatas terlihat bahwa Ibrahim dan Siti Hajar berfikir positif dengan menaruh keyakinan sepenuhnya kepada Allah SWT. Pikiran fositif yang dilakukan oleh Ibrahim dan Siti Hajar berbuah manis, dengan ditemukannya mata air zam-zam oleh Siti Hajar.

Sedangkan berfikir positif dan produktif tercermin pada usaha Siti hajar dalam menemukan mata air zam-zam. Dengan naik turun bukit disertai kelelahan Siti Hajar terus berusaha untuk mencari mata air (zam-zam). Usaha (produktifitas Siti Hajar) tekah Rasulullah sampaikan dalam sabdanya;
“ Semoga Allah memberikan rahmat kepada ibunya Ismail, seandainya ia tidak menceduk air zam-zam, niscaya air zam-zam itu hanya menjadi sumber air yang terbatas”.

Siti Hajar dalam kisah ini diabadikan juga oleh Allah menjadi salah satu rukun yang wajib dilakukan dalam ibadah haji, ia adalah sa’i.

Allah SWT juga berfirman dalam QS. At-Thalaq ayat 2-3
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…”.

Dalam Ayat diatas Allah SWT dengan jelas mengatakan bahwa pertolongan Allah SWT akan datang dari arah yang
sama sekali tidak sangka, asalkan terdapat pikiran positif dan terus berusaha dalam menggapai keberhasilan dalam berbagai hal. berfikir positif dan produktif akan tercermin dalam sikap Keyakinan dan kepercaya diri seseorang. Wallahu’alam.


Selasa, 30 April 2013

TAJARRUD



Yang saya maksud dengan at-tajarrud adalah bahwa anda harus membersihkannya fikrahmu dari prinsip-prinsip dan pengaruh orang lain. Sebab ia adalah seutama-utama, selengkap-lengkap, dan setinggi-tinggi fikrah. (Hassan Al banna)
  
“Shibghah Allah. dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah." (QS. Al Baqarah: 138)

Apa itu tajarrud?

dari segi bahasa
1) mengosongkan          = mengosongkan jiwa dari segala bentuk keagungan selain Allah
2) menyucikan               = mensucikan hati dari segala bentuk perhambaan selain Allah
3) menanggalkan           = menanggalkan apa yg ada dari hati & akal selain kebenaran
4) melepaskan               = melepaskan segala bentuk sembahan selain Allam

dari segi syar'ie:
“Membersihkan dan melepaskan diri dari segala ikatan selain dari ikatan Allah dan segala sikap berpihak selain kepada Allah”

Jadi secara umumnya, Tajarud adalah :
“Mengkhususkan diri untuk Allah swt dan berlepas diri dari segala sesuatu selain Allah. Yakni menjadikan gerak dan diam serta yang rahsia dan yang terang-terangan untuk Allah swt semata-mata, tidak dicampuri oleh keinginan jiwa, hawa nafsu, undang-undang, kedudukan, dan kekuasaan”.

Sudah selayaknya seorang mukmin mempunyai sifat Tajarrud dan bahkan harus melekat dalam dirinya. Karena sifat inilah yang membuat seorang mukmin menjadi mukmin yang sebenarnya dimata Allah SWT.

Dalam era modern sekarang ini. Seorang mukmin akan dihadapkan pada hal-hal yang berupa pemahaman-pemahaman yang baru. Pemahaman yang bersifat berkembang dari waktu-kewaktu. Mulai dari bidang pendidikan, kesehatan bahkan dalam memahami konsep penerapan Agama dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan pemahaman dalam dunia pendidikan, kesehatan dan lainnya merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan akan terus berkembang seiring perkembangan jaman. Tetapi berbeda halnya dengan pemahaman dalam hal memahami Agama. Memahami Agama adalah dasar dari segala pemahaman-pemahaman yang berlaku dunia. Untuk itu Allah akan memberikan kepahaman Agama kepada merreka yang ingin menjalankannya. 

Seorang mukmin hendaknya selalu memiliki sifat Tajarrud. Karena amal yang tidak dibarengi dengan sifat tajarrud akan sia-sia dimata Allah SWT. Sifat Tajarrud hendaklan selalu dibawa dalam aktifitas kehidupan sehari-hari dimanapun dan kapanpun, dalam hal aktifitas ibadah makhdoh maupun ghoir makhdoh.
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali." (QS. Al Muntahanah: 4)

Penerapan Tajarrud dalam amal tarbiyah antara lain:

1.       Tajarrud dalam mengikuti manhaj fikrah ikhwan
Sudah menjadi sepatutnya al akh memahamkan dirinnya dalam konsep ikhwan. Al akh harus berlepas diri dari konsep-konsep dakwah selain ikhwan. Karena konsep merupakan bagian dari keberhasilan amal dakwah. Maka menjadi tidak benar, apabila al akh menjadikan konsep dakwah ikhwan hanya sebatas dari satu sisi dan sedangkan sisi yang lain mengambil konsep dakwah yang lain.
2.       Tajarrud dalam Halaqah Tarbiyah
Tajarrud dalam halaqah tarbiyah bias diartikan sebagai kemurnian dalam etika proses halaqah. Kemurnian itu antara lain melakukan halaqah tarbiyah merupakan kebutuhan dalam pembelajaran keislaman yang efektif serta implementasinya dalam gerak amal dakwah yang terintegral.

Memberikan perhatian yang serius terhadap Pembina/murobbi dengan menghormati dan bersama-sama bergerak dalam amal jama’I juga bagian dari tajarrud dalam halaqah tarbiyah.
3.       Tajarrud dalam aktifitas amal dakwah
Beramal dakwah tentu bagian dari kewajiban seorang mukmin. Namun berapa banyak orang yang berdakwah dalam perjalananya menemui hal-hal yang bias merusak tujuan dakwah itu sendiri. Misalkan dalam dalam amal dakwah siyasi . al akh bias jadi telah melalui proses tarbiyah yang begitu lama dan telah memahamkan dirinya akan konsep dakwah dalam amal siyasi. Namun dalam perjalananya tidak seperti apa yang telah dikonsepkan. Dan boleh jadi perbedaan lingkungan, teman, system yang dihadapi memberikan sumbangsih yang besar dalam bergesernya Tajarrud al akh dalam amal dakwah siyasi. Dengan menjadikan kebiasaan-kebiasaan orang lain dalam melakukan aktifitas politik kotor menjadi sumber inspirasi dalam tumbangnya Tajarrud dalam amal dakwah siyasi. Naudzubillah.

Seorang al akh akan disebut Tajarrud dalam amal dakwah siyasi, manakala al akh tidak terpengaruh oleh system-sistem dan kebiasaan-kebiasaan orang lain dalam melakukan agenda politiknya. Misalkan dengan tidak melakukan lobi-lobi politik dengan menjanjikan materi, dan tidak menghilangkan sifat dan karakter seorang da’I
  
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Mudah-mudahan aktifitas dan amal-amal dakwah kita selalu dibarengi dengan sifat Tajarrud. Amin.
Wallhu’alam.